🫎 Remaja Saat Ini Tumbuh Di Zaman Internet

Perubahanfisik pada masa remaja pertengahan. Selama masa remaja pertengahan, pertumbuhan dan pematangan berlanjut sampai remaja mencapai kira-kira 95% dari ukuran dewasanya. Perubahan ini terjadi lebih lambat dan sebagian besar remaja telah mengalami perubahan yang berhubungan dengan pubertas. Antara lain, ini menjelaskan mengapa pada masa Masaremaja dimulai kira-kira pada umur 10-12 tahun dan berakhir pada umur 18-22 tahun. Nah buat para orang tua, ada beberapa cara mendidik anak di era digital saat ini. 1. Bangun Komunikasi Anak dan Orang Tua. Membangun komunikasi dua arah bisa menjadi cara mendidik anak di era digital. Komunikasi adalah hal penting untuk mengetahui keinginan satu sama lain. Bukan sekadar melarang anak saja, tetapi orang tua juga mesti menjadi MenurutE. B. Hurlock dalam buku berjudul Psikologi Perkembangan Edisi 5 (2001), tugas perkembangan remaja adalah: Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita. Mencapai peran sosial baik sebagai pria maupun wanita. Menerima keadaan fisiknya dan dapat menggunakan tubuhnya secara efektif. Remajaera milenium terhubung dengan internet dan media sosial hampir setiap saat. Interaksi dengan internet dapat menimbulkan beberapa efek negatif pada kondisi psikologis anak remaja. Salah satu yang paling kentara adalah pemikiran yang menganggap dirinya berharga berdasarkan komentar dan jumlah like yang mereka dapatkan di media sosial. Bagikan: Setiap orang pasti pernah melewati masa remaja, yaitu fase transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Psychology Today, masa remaja terjadi di antara usia 13 dan 19 tahun. Sedangkan di usia 9-12 tahun disebut dengan pra remaja, di mana anak mulai mengalami perubahan fisik dan psikologisnya. Oblinger(2005) remaja saat ini dapat disebut generasi post-millenials. Salah satu cirinya yaitu tumbuh dengan teknologi yang sangat mudah untuk diaksesnya, sehingga hal tersebut membuat remaja saat ini dapat juga dikatakan sebagai gene-rasi yang paling memahami teknologi (Novrialdy, Nirwana, & Ahmad, 2019). Diera sekarang ini, khususnya para remaja cenderung ingin tampil fashionable dan menjadi pusat perhatian. Para remaja juga tidak ingin ketinggalan jaman sehingga mereka akan melakukan apapun untuk mengikuti trend yang sedang ramai dipasaran. Bahkan mereka rela membeli barang tersebut walaupun sebenarnya tidak dibutuhkan. Generasiini lahir pada saat masa perang telah berakhir hingga perlu adanya penataan ulang pada fase kehidupan, yang paling dominan terjadi adalah banyaknya jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu keluarga pada masa itu. Di kala itu perekonomian pun lebih baik seiring pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat. Masih . Bacalah teks berikut! Remaja saat ini tumbuh di zaman internet, tetapi apakah hal ini akan berdampak ketika mereka dewasa nanti? Lewat jejaring sosial, orang dapat saling berkomunikasi walaupun jaraknya jauh. Mereka dapat memberikan data privasi, nomor telepon, alamat, bahkan data keluarga serta hal lain yang seharusnya tidak diekspos. Siapa saja langsung dapat berkenalan meskipun tanpa mengetahui latar belakangnya. Celakanya lagi, berbagai pemahaman dapat dengan mudah masuk ke remaja bila tidak ada pengawasan yang ketat di kehidupan remaja tersebut. Inti paragraf teks diskusi tersebut adalah .... Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak untuk kemudian menjadi manusia dewasa. Pada masa ini, terdapat banyak perubahan dan perkembangan yang terjadi pada diri individu, baik biologis,psikologis, sosial, maupun spiritual. Menurut Hurlock 2002, masa remaja berlangsung dari usia 13-18 tahun. Pada masa remaja seseorang mengalami perkembangan fisik. Bila merujuk pada definisi remaja menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana NasionalBKKBN bahwa rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Masa remaja adalah masa yang berpengaruh dalam pembentukkan self concepte seseorang Seorang anak akan semakin banyak berinteraksi dengan lingkungannya dan bukan hanya ia memberi arti pada lingkungannya tersebut, tetapi ia juga akan menerima banyak masukan dari lingkungan itu sendiri. Tanggapan dari orang lain mengenai dirinya maupun pandangan dirinya terhadap tanggapan orang lain tentang dirinya juga akan membawa dampak tersendiri, yang semuanya akan memberi sumbangan dalam pembentukkan self concept seorang remaja. Selain itu mereka juga butuh membentuk ikatan yang kuat dengan teman sebayanya, merasa disukai, dicintai, dan dihargai. Namun, pada era revolusi industry self concept remaja dibangun tidak hanya dari hubungan yang terjadi di dunia nyata tetapi self concept remaja sangat dipengaruhi oleh hubungan dan interaksi yang terjadi di dunia maya melelui media sosial. Tanggapan dari orang lain di media sosial baik like maupun komentar akan membentuk self conceptremaja. Remaja yang mendapatkan banyak like dan komentar yang positif pada postingannya akan merasa disukai dan dihargai sehingga selfesteem nya tinggi. Sedangkan remaja yang mendapat like sedikit dan komentar negatif akan mengakibatkan mereka merasa buruk, tidak disukai dan dihargai sehingga self esteemnya akan rendah. Self esteem yang tinggi maupun rendah ini akan mempengaruhi self concept remaja apakah akan menjadi positif atau negatif. Berdasarkan temuan kementrian Komunikasi dan Informatika Kominfo, remaja Indonesia adalah pengguna media sosial yang paling aktif. Remaja yang dimaksud adalah remaja berusia 9-19 tahun yang sebanyak 65,34 persen telah menggunakan media sosial, sedangkan usia 20-29 tahun mencapai 75,95 persen. interaksi media sosial di Indonesia didominasi oleh kelompok remaja yang kebanyakan memanfaatkan media sosial untuk mencari relasi,hiburan dan referensi di dunia digital. Dapat dikatakan remaja sekarang merupakan generasi digital native sebuah generasi yang sudah sangat adaptif terhadap perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi TIK terutama media sosial, hal ini yang kemudian membentuk perilaku remaja pada satu generasi di masing-masing zamannya. Selain itu, secara kognitif, kebanyakan peneliti percaya bahwa otak sepenuhnya matang pada saat masa remaja. Perubahan dramatis dalam struktur otak remaja mencakup emosi, penilaian, perilaku organisasi, dan control diri yang berganti antara masa pubertas dan masa dewasa awal Papalia, 2014. Perkembangan kognitif pada masa remaja juga dapat dikaitkan dengan ide yang dicetuskan oleh Piaget. Menurut Piaget 2010, pada masa remaja manusia memasuki tingkat perkembangan kognitif atau yang disebut operasi formal atau ketika mereka mengembangkan kapasitas pemikiran abstrak. Perkembangan tersebut biasanya terjadi di usia 11 tahun, memberi para remaja cara manipulasi informasi yang lebih kompleks. Tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja menurut Erikson yaitu Identity vs identify confusion identitas vs kebingungan identitas. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian jati diri siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan kemana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan. Oleh karena itu,kita sebagai orangtua harus pintar revolusi industri saat ini semakin mendorong perkembangan teknologi menjadi lebih maju. Dunia saat ini telah memesuki era revolusi industri Salah satu ciri revolusi industri ini yaitu adanya interkoneksi antara manusia dengan mesin/perangkat melalui internet of things/internet of people Hermann, berkembangnya teknologi ini tentunya berdampak luas terhadap manusia baik secara biologis, psikologis maupun sosial. Seperti dua sisi mata uang, dampak dari perkembangan teknologi pada era revolusi industri ini pun menimbulkan dampak secara positif maupun secara negatif terhadap remaja. Pengguna internet ternyata didominasi oleh usia 13-18 tahun dengan tingkat penetrasi yang mencapai 75,50%. Merujuk pada konsep yang dikemukakan oleh Hurlock 2002 rentang usia 13-18 tahun termasuk dalam kategori remaja. Dimana remaja pada saat ini termasuk kategori Generasi Z, yaitu mereka yang lahir pada tahun 1995-2010. Tidak dapat dipungkiri bahwa Generasi Z tersebut sejak kecil mereka sudah mengenal dan sudah terbiasa dengan berbagai bentuk gadget. Selain itu, Remaja Generasi Z ini juga lahir dan tumbuh pada saat internet sudah lebih berkembang daripada generasi sebelumnya. Hal ini menyebabkan Generasi Z telah melek internet dari semenjak mereka lahir. Hal ini secara langsung telah merubah sistem ekologi pada remaja era revolusi industri ini. Sejak bayi, generasi Z terbiasa dengan keberadaan dan manfaat teknologi, bahkan smartphone sudah menggantikan permainan tradisional. Banyak generasi Z yang bahkan baru lahir telah dibuatkan akun media sosial oleh orang tua generasi Z kemajuan teknologi bukanlah hal besar, tidak seperti generasi baby boomers, generasi X dan generasi Y yang kadang-kadang masih takjub dengan dengan perkembangan teknologi terkini. Dampak positifnya, lahir di era digital membuat generasi Z mudah untuk beradaptasi dengan situasi apapun. Dengan kemampuan beradaptasi tersebut membuat generasi Z memiliki wawasan luas, ambisius dalam berkarir dan kecenderungan berpikir instan. Selain itu generasi Z adalah generasi yang haus akan pengakuan, cinta kebebasan, menghargai perbedaan dan teliti kepada sesuatu yang detail. David Stillman dan Jonah Stillman penulis "Gen Z at workHow the Next Generation Is Transforming the Workplace" menyebutkan ada 7 sifat khas generasi Z yang perlu diketahui yaitu*Figital Remaja generasi Z mengganggap dunia nyata dengan dunia virtual merupakan sesuatu yang terintegrasi, karena dunia virtual sendiri merupakan realitas bagi generasi Z. Generasi Z mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan digital terbaru bahkan mereka mampu memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi dengan bantuan teknologi.*Hiper - Kustomisasi Remaja generasi Z sangat berupaya keras agar dikenal dunia sebagai individu yang beda,menarik dan unik.*Realistis Remaja generasi Z sangat praktis dan pragmatis dalam berkarir. Generasi Z hanya ingin menjalankan sesuatu yang memang sesuai keinginan,kemampuan dan kebutuhan mereka.*FOMO Remaja Generasi Z yang selalu dibanjiri informasi menjadi sangat takut jika melewatkan tren atau tertinggal sesuatu yang baru.*Weconomist Remaja generasi Z adalah generasi yang hidup di era semangat ekonomi berbagi mulai dari munculnya start up dan bisnis sosial. Hal ini membentuk generasi Z selalu berharap bahwa sebuah perusahaan idealnya tidak hanya berpikir mencari untung tetapi seharusnya memberikan kontribusi positif kepada seluruh aspek kehidupan.*DIY Remaja generasi Z adalah generasi Do-it-yourself DIY atau generasi yang ingin melakukan sesuatu secara sendiri dan mandiri.*Terpacu Remaja generasi Z merupakan generasi yang terpacu oleh teknoligi, informasi, kompetisi, situasi ekonomi,dinamika politi, pergeseran tradisi dan didikan orangtua dari generasi X untuk menjadikan mereka lebih mandiri. Generasi Z memiliki karatersitik yang berbeda dari pendahulunya termasuk generasi milenial. Generasi Z adalah remaja Indonesia yang hidup dan berkembang saat ini. Perilaku,budaya dan gaya hidup dibentuk oleh kecanggihan teknologi informasi. Terkait hal tersebut, BKKBN dan Forum Genre perlu kerja keras untuk memahami dan memetakan generasi Z untuk mendapatkan perhatiannya. Mendekati mereka dengan cara-cara lama dan selera jadul hanya akan membuat generasi Z kehilangan simpati bahkan membuat mereka tidak nyaman. Tidak hanya berdampak positif,namun perkembangan era digital terhadap remaja juga memberikan berbagai dampak negatif. Kemajuan teknologi membuat remaja saat ini menghadapi masalah yang belum pernah dilihat generasi sebelumnya. Meskipun beberapa masalah bukanlah hal baru, media elektronik telah mengubah atau memperkuat beberapa perjuangan yang dihadapi kaum muda. Prevelensi komunikasi digital telah mengubah cara remaja berinteraksi dengan teman sebayanya dan minat romantis mereka. Karena banyak anak kekurangan keterampilan komunikasi antarpribadi yang penting seperti cara menangkap isyarat sosial. Contohnya media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter bisa menjadi cara yang bagus bagi remaja untuk terhubung satu sama lain, tetapi media sosial bisa menjadi masalah karena beberapa alasan. Misalnya media sosial dapat membuat anak rentan terhadap cyberbullying, atau lainnya. Media sosial dapat berdampak negatif pada kesehatan mental remaja. Sayangnya, relasi mereka yang terjalin kuat dengan dunia maya melalui media sosial membuat mereka seringkali terputus konektivitas dengan dunia nyata. Intensitas pertemuan fisik berkurang, meet up yang biasa dilakukan saat ini tinggal wacana, ada fenomena menarik di sini. Karena mereka terbiasa bebas berbicara di medsos, maka timbul rasa canggung ketika terjadi pertemuan fisik, yang ujung-ujungnya mereka bersama-sama melihat dan tenggelam dalam gadget mereka masing-masing dan berbagi fokus antara dunia maya dalam gadget yang tergenggam dan dunia nyata dengan orang di hadapan mereka. Jika dilihat dari gaya hidup remaja saat ini cenderung hedonis terutama di kota-kota besar, mereka memiliki cara tersendiri untuk meluapkan ekspresi mereka, dunia hidup mereka tidak bisa lepas dari hiburan dan teknologi terutama internet media sosial. Perkembangan teknologi digital yang semakin canggih dan budaya komunikasi dengan media social memunculkan fenomena perilaku remaja seperti nomophobia dan phubing. Nomophobia no mobile phone phobia merupakan istilah untuk menggambarkan seseorang yang tidak bisa jauh dari media social. Jenis fobia yang ditandai ketakutan berlebihan jika seseorang kehilangan dari ponsel untuk sekedar melihat notifikasi yang masuk. Mereka akan selalu membawa kemanapun pergi dan hampir selalu memeriksa ponselnya setiap ada kesempatan. Ketakutan akan kehabisan baterai, sinyal dan melewatkan panggilan telepon atau sms serta informasi penting dalam media social juga merupakan bentuk nomophobia. Phubing adalah gabungan dari kata phone dan snubbing, menurut Haigh2015 diartikan sebagai tindakan menyakiti orang lain dalam interaksi sosial karena lebih berfokus pada smartphonenya. Karadag, et, al 2015 menyebutkan bahwa Phubbing dapat digambarkan sebagai individu yang melihat telepon genggamnya saat berbicara dengan orang lain, sibuk dengan smartphonenya dan mengabaikan komunikasi interpersonalnya. Karakteristik dan perilaku remaja Generasi Z pada era revolusi industri tidak hanya faktor dari dalam diri saja, namun juga dipengaruhi oleh factor lingkungan yang berpengaruh dalam pembentukan karakteristik dan perilaku remaja saat ini. Lingkungan sosial remaja dapat meliputi hubungan dalam keluarga yang terdiri dari orang tua, kakak, adik, saudara. Kemudian hubungan dengan kekasih, teman, tetangga, kelompok bermain/geng. Sudah jamak bahwa media membawa efek pada perilaku. Kecepatan internet telah membuat perilaku Gen Z sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka suka akan sesuatu yang instan, cepat, kolaboratif, dan viral. Beda dengan orangtua mereka, ayah-ibu mereka yang bergen X atau Y adalah generasi yang merasakan kecepatan internet di tahap pertengahan dalam hidup, mereka sempat merasakan hegemoni media koran dan buku-buku fisik sehingga mereka masih bisa sabar dan mengendalikan diri. Sedangkan gen Z, mereka melek internet dari sejak lahir. Cara mendidik anak di era digital pada saat ini memang lebih sulit jika dibandingkan dengan zaman dulu. Hal ini bukan lain dari kemajuan teknologi yang telah berkembang pesat sehingga berpengaruh pada pertumbuhan serta perkembangan anak. Mereka bisa mengakses informasi apapun yang ingin diketahui dari internet. Oleh sebab itu, orang tua harus bisa berperan sebagai benteng dalam rangka melindungi si buah hati dari pengaruh negatif. Pengawasan ketat merupakan cara mendidik anak paling dibutuhkan sebab baru-baru ini banyak dijumpai kasus kriminal dari internet seperti cyberbullying, pedofilia, pornografi hingga kriminalitas. Komunikasi sangat dibutuhkan dalam rangka mendidik generasi milenial. Pemantauan penting dilakukan untuk mengetahui aktifitas apa saja yang dilakukannya di dunia maya. Selain itu, Pondasi utama untuk menguatkan karakter dan kepribadian adalah pendidikan moral dan agama. Memberikan pendidikan tersebut menjadi cara mendidik anak paling ampuh guna menghindarkan segala macam tindakan negatif. Untuk itu libatkan mereka dalam kegiatan keagamaan dan sesering mungkin diberikan nasihat yang bersifat membangun moralnya. Usia remaja menjadi periode tumbuh kembang transisi. Di mana fase ini anak akan mengalami berbagai perubahan mulai dari dirinya sendiri hingga lingkungan sekitarnya. Karakter mereka juga akan semakin terlihat menonjol. Jika tidak dibina dengan cara mendidik anak melalui pendidikan agama dan moral maka bisa salah langkah. Lihat Gadget Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sudah hampir seperempat abad orang di seluruh dunia menggunakan Internet. Hingga saat ini, Internet telah digunakan oleh orang-orang dari segala usia dan generasi. Hasil riset Yahoo dan Taylor Nelson Sofres TNS Indonesia tahun 2009 menunjukkan bahwa pengakses terbesar di Indonesia adalah mereka yang berusia antara 15-19 tahun. Dari responden yang mengikuti survei ini, 64 persen adalah anak muda. Masih dari hasil penelitian yang sama, 53 persen anak usia 15-19 ternyata terbiasa mengakses internet dari warnet. Ini karena mereka memiliki lebih banyak waktu luang daripada pekerja. Kemudian berdasarkan temuan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Kemenkominfo dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia APJII tahun 2010, total pengguna internet di Indonesia melebihi 40 juta pengguna. Dari jumlah itu, 64 persen adalah remaja. Menurut data terbaru dari riset Kemenkominfo dan UNICEF mengenai Pada era digital pada saat ini Internet rasanya sudah sangat mudah dijangkau dan melekat di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi para kalangan remaja. Namun pada jejaring internet yang disebut sosial media dan duniamaya ini pun tidak terlepas dari berbagai hal yang sangat bernilai negatif dan dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk terhadap penggunanya. Pada usia menginjak remaja tentu sangat masih labil dalam hal apapun baik untuk mengambil keputusan dan melakukan apapun, tentu sangat dibutuhkan bimbingan orang tua untuk melakukan banyak hal. Berdasarkan latar belakang pentingnya mengetahui dan memetakan perilaku remaja dalam mencari sumber informasi dan mengembangkan pemahaman melalui media Internet, maka permasalahan, penggunaan media dan cara media adanya rumusan yang menyangkut aktivitas bermedia untuk mengembangkan pemahaman dan jenis-jenis media yang digunakan, maka secara spesifik perumusan masalah dijabarkan menjadiidentifikasi permasalahan sebagai berikut1. Bagaimanakah penggunaan media Internetuntuk mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang dilakukan oleh remaja? 2. Bagaimanakah remaja mengukur tingkat kredibilitas media Internet sebagai sumberinformasi untuk memahami? 3. Bagaimanakah remaja mengolah dan mengaplikasikan informasi untuk 1 2 3 Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya

remaja saat ini tumbuh di zaman internet